FHI Philips: Pencegahan dan Teknologi Kesehatan Terkoneksi Penting

Rabu, 13 September 2017 - 05:21 WIB
FHI Philips: Pencegahan dan Teknologi Kesehatan Terkoneksi Penting
FHI Philips: Pencegahan dan Teknologi Kesehatan Terkoneksi Penting
A A A
JAKARTA - Upaya pencegahan dan teknologi kesehatan yang terkoneksi memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan sistem layanan kesehatan di seluruh dunia. Namun, dari hasil survei Future Health Index (FHI) tahunan kedua yang dilakukan Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA) terhadap 33.000 orang di 19 negara menunjukkan kenyataan bahwa alat-alat tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya.

Future Health Index menyatakan bahwa upaya pencegahan dan teknologi kesehatan yang terkoneksi -- seperti alat pendeteksi kesehatan, alat kesehatan, perangkat monitoring kesehatan untuk di rumah, alat komunikasi elektronik langsung antara pasien dan dokter serta alat monitoring pasien jarak jauh - berperan penting. Dengan jumlah populasi lanjut usia atau lansia di Indonesia yang diperkirakan akan mencapai 36 juta jiwa pada tahun 2025, dan dengan semakin meningkatnya angka penyakit kronis di kalangan generasi muda, Philips mengungkapkan sejumlah tren untuk membantu Indonesia mengatasi masalah yang dihadapi sistem kesehatannya pada dekade mendatang.

Memprioritaskan upaya pencegahan di negara-negara berkembang
Temuan utama dalam laporan ini menunjukkan lebih dari setengah atau 55% populasi di negara-negara berkembang percaya bahwa tenaga profesional kesehatan harus memberikan sebagian besar waktu dan sumber daya mereka untuk upaya pencegahan, yaitu menjaga kesehatan dengan baik. Sementara itu, 69% tenaga profesional kesehatan di negara berkembang juga percaya bahwa mereka harus fokus pada upaya pencegahan daripada pengobatan (30%).

Sejalan dengan itu, Kementerian Kesehatan Indonesia baru-baru ini mengalokasikan 16% dari total anggarannya untuk program kampanye "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat" (Germas) yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat seputar penyakit tidak menular namun dapat mematikan seperti kanker, hipertensi dan diabetes, dan seputar pentingnya nutrisi yang tepat.

Laporan Future Health Index menyoroti bahwa banyak orang di negara-negara berkembang menganggap mereka lebih sehat daripada kondisi sebenarnya. Hanya sepertiga (33%) responden di negara-negara berkembang menilai kesehatan mereka sendiri buruk. Sebagai perbandingan, lebih dari setengah (55%) tenaga profesional kesehatan di negara-negara berkembang menilai kesehatan masyarakat umum di negara mereka buruk.

“Indonesia menghadapi peningkatan penyakit tidak menular - seperti diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskular [1] - pencegahan akan menjadi satu-satunya cara yang berkelanjutan untuk mengurangi beban pada sistem layanan kesehatan. Masyarakat mulai menyadari manfaat dari ‘upaya pencegahan’. Namun, untuk itu diperlukan perubahan pola pikir dasar pada masyarakat luas untuk lebih bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka sendiri, dan mengambil langkah agar tetap sehat sebelum jatuh sakit,” kata Direktur Utama Philips Indonesia, Suryo Suwignjo.

Kelebihan perawatan terkoneksi
Future Health Index juga menunjukkan bahwa teknologi kesehatan yang terkoneksi memiliki peran penting dalam memberikan layanan kesehatan masa depan yang terintegrasi. Dari 19 negara yang disurvei, baik tenaga profesional kesehatan maupun masyarakat umum melihat bahwa potensi teknologi kesehatan yang terkoneksi dapat memperbaiki berbagai permasalahan kesehatan.

"Dengan teknologi, kita dapat membuat akses, dan mewujudkan harapan pasien di Indonesia memiliki rekam medis elektronik menjadi kenyataan. Pasien yang terinformasi dengan riwayat dan status kesehatan, akan lebih proaktif dalam mengelola kesehatan dan melacak perkembangan pengobatan mereka," tambah Suryo Suwignjo.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6668 seconds (0.1#10.140)